Wednesday, September 30, 2015

Doa Membangun Kehidupan


DOA MEMBANGUN KEHIDUPAN. Demikian judulnya supaya terlihat lebih dramatis. sesuatu yang biasa seringkali tidak menyentuh rasa yang selanjutnya membuat bergerak, bertindak. Sesuatu yang terlalu sering dilakukan tanpa makna membuat sesuatu itu menjadi biasa saja dan bahkan terabaikan. Lain halnya, jika sesuatu itu dilakukan sebagai pembinaan yang menghasilkan peningkatan setiap harinya. Ya, seperti doa ini, doa ketika bangun tidur.


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
"Alhamdulillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur"
Artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan (HR. Bukhari no. 6325)
Menghidupkan setelah mematikan.
Segala puji diperuntukkan bagi Allah Yang Maha Hidup (Al-Hayyu). Menarik, nama Al-Hayyu ini direndengkan dengan nama Al-Qayyuum.


[Qs.20:111] Dan tunduklah semua muka dengan berendah diri kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya. Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.

Jika Al-Hayyu dapat diartikan MANDIRI maka Al-Qayyuum dapat diartikan BERDAULAT, mampu mengurusi. Kemandirian itu hanya mampu mengurusi diri sendiri. Sedangkan kedaulatan itu mampu mengurusi diri sendiri dan orang lain. Kapan kedaulatan itu dipenuhi? setelah memiliki kehidupan. Jika kita tidak memiliki kehidupan kita sendiri maka kita juga tidak memiliki kemandirian, apalagi kedaulatan.


Tentang kemandirian, Al-Quran memberi perumpamaan sebagai berikut:




[Qs.16:75] Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.


Setelah MANDIRI lalu BERDAULAT itu yang harus kita miliki. Dan setiap pagi kita bersyukur bahwa setiap pagi Allah telah menghidupkan kita. Itu berarti Allah telah memberikan sarana kemandirian. Tanda dari kehidupan adalah ia mampu mengurusi dirinya sendiri, bisa mandi sendiri dan makan sendiri. Lain halnya kalau sudah mati, terbujur kaki sebagai mayat, ia tidak bisa mandi sendiri, perlu orang lain yang memandikan.


Menghidupkan setelah mematikan. Tidur itu saudaranya mati. Lalu kita dihidupkan kembali setelah tidur, setelah mati. 




[Qs.39:42] Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.

Dihidupkan setelah dimatikan, terus berulang setiap pagi. Setelah dihidupkan lalu mau apa? Ini semacam simulasi, agar tidak ada penyesalan pada hari kebangkitan nanti (wa ilaihi nusyur).




[Qs.63:10] dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata: "Ya Rabb ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"


Mampu berinfaq adalah tanda KEMANDIRIAN YANG BERDAULAT. Dengan berinfaq, ia menunjukkan bahwa ia hidup (mandiri) dan mampu ikut mengurusi kehidupan orang lain (berdaulat). Perhatikan keterkaitan antara Qs.16:75 dan Qs.63:10


Maka, setiap pagi ada malaikat yang mendoakan kebaikan untuk mereka yang mampu hidup mandiri dan berdaulat:

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)
Demikian, jadi jangan lupa untuk selalu membaca doa ketika bangun tidur dan bertindaklah sesuai apa yang kita ucapkan dalam doa.

Materi terkait:

  1. Bagaimana mengelola belanja (infaq)
  2. Belanja BIar RIBA raIB
  3. Infaq sebagai benih (habbah) 

Tuesday, September 29, 2015

Perluas Area Anti Riba


Gemburkan & perluas lahan tanam bersama Kopdar BIar RIBA raIB.
Perjuangan BIar RIBA raIB membawa kami pada 'konsepsi bercocok tanam', sebagaimana umumnya melibatkan lahan tanam, petani & benih.
"Petani dinamai ( الفلاّح ) al-fallah karena dia mencangkul untuk membelah (الفلح / al-falh) tanah lalu menanam, benih (habbah) yang ditanam petani menumbuhkan buah yang diharapkannya."
Buah berupa pembebasan hutang & RIBA dari apa-apa yang kita tanam sejak 2 tahun yg lalu, dengan susah payah diupayakan tumbuh. Meski tak kunjung berbuah, tetapi semua upaya membantu kami lebih mudah mengerti tentang teori yang harusnya lebih dulu dari praktek. Tidak bisa dan tidak boleh asal tanam, pun tidak pula hanya dikonsep atau dipelajari tapi tak kunjung melakukan.
Kini kami lebih berteori, tidak lagi asal melakukan. Teori & praktek sebagai satu keterpaduan niscaya mengantarkan kita semua pada kesuksesan atau kemenangan (falah). AllahulMusta'an.
Kemanakah teori itu dicari ? Di mana teori itu akan kita dapatkan ?? Teori manusia tak akan bisa mengantarkan kita pada kemenangan di tengah keadaan kaum muslimin yg serba terpojok hari ini, kita harus kembali pada petunjuk.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, [Q.S 2 : 2]
Kopdar kita akan terus menggali berbagai petunjuk dari Allah & RasulNYA bersama ketaatan untuk menjalankan. Kopdar kita merupakan penyiapan lahan-lahan tanam & perluasan area untuk Jannah yang kita idamkan. Kopdar kita adalah cara kita saling mengenali berbagai potensi & mengikatkan diri satu dengan yg lain untuk mandiri dalam kebersamaan.

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. [Q.S 7 : 58]
Jika tanahnya telah subur, maka habbah yg dijatuhkan angin pun, entah darimana datangnya, akan tumbuh menjadi jannah. InsyaAllah. Apalagi dari habbah yg kita tanam sendiri.
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya.” (QS. Al-Waqi’ah : 63-64)
Hayya 'alal falah .. hayya 'alal falah .. bersama satu jamaah, kita rapikan shaff serta meluruskannya.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Hayya 'alal falah artinya adalah marilah menuju keberuntungan dan keselamatan. Ada yang mengatakan : marilah menuju kekekalan. Maksudnya, datanglah untuk melakukan sebab kekekalan di dalam Jannah. (Syarah Shahih Muslim, hadits no. 379)
Kita barangkali tdk lagi bicara -hanya- RIBA, sebab jannah telah meliputi segala sesuatunya.
Perluas Area Anti Riba
Kopdar merupakan sarana kita menghimpun sebanyak-banyaknya para pelaku ekonomi yang kita sebut sebagai 4 pilar ekonomi umat, yaitu;
  1. Pedagang
  2. Produsen
  3. Pekerja
  4. Konsumen
Ke-4 pilar tersebut dikordinasikan oleh POSKO RCC di setiap wilayah. POSKO adalah singkatan dari POesat Simpul KOrdinasi. Sudah adakah Posko RCC di kotamu? di Kecamatan sampai Rt RW ?

Ikut Kopdar BIar RIBA raIB 
Bentuk Posko Riba Crisis Center 
Silakan daftar di sini.
  

Seminar Property Syariah



Karena animo yg tinggi terhadap kepemilikan rumah secara syar'i, 
RIBA Crisis Center bersama Developer Property Syariah akan menyelenggarakan 

Seminar Sehari 


Rabu, 14 Oktober / 1 Muharram 1437 H (libur nasional
Jam 09.00 s.d 15.00 bertempat di Gedung Sucofindo Jakarta.
lokasi seminar pindah ke Gudeg Kendil Mas Fatamawati 
Jl. RS Fatmawati No. 76 Cilandak Jakarta Sealatan
(arah Pondok Labu)


Materi

1. RIBA & kamuflasenya.
2. Bagaimana KPR tanpa Bank
3. Kenapa tanpa Asuransi ?
4. KPR tanpa denda & Sita.
5. Seputar KPR & Akad Bathil pd umumnya.
6. Strategi membeli & berbisnis property



Tempat terbatas 

Infaq Rp 150.000,-
transfer ke Rek Syariah Mandiri cab. Jakarta - Cililitan no. 7080097691 
a.n Yayasan Indonesia Tanpa RIBA.

Fasilitas

- Copy materi
- Snack
- Makan siang

Dapatkan gratis dvd acara seminar '30 hari bebas hutang' bagi yg transfer di bulan September 2015.

Konfirmasi transfer melalui inbox Kampus Rakyat Biar Riba Raib  
atau SMS/WA 081519145197 Pin BB 2A93F0C3


Event BIar RIBA raIB lainnya


Tujuan:
1. Mensinergikan ke-4 Pilar Ekonomi Umat, yaitu Pedagang, Produsen, Pekerja dan Konsumen dalam sistem ekonomi yang bertauhid.
2. Menguatkan bidang usaha peserta kopdar yang sedang digeluti saat ini.
3. Memunculkan peluang usaha baru yang bisa dikerjakan bersama.



Saturday, September 19, 2015

Ekonomi Berbasis Masjid

Menarik membaca ayat ini, melihat relasi antar masjid dan pasar.


[Qs.62:9] Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Tampaknya, keberadaan masjid tidak jauh dari pasar. Dan orang-orang beriman itu bersemangat sekali beraktivitas di pasar, namun begitu ada panggilan shalat mereka pun bersegera ke masjid.


[Qs.62:10] Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Orang - orang beriman sibuk sekali dengan dua tempat ini, dari pasar ke masjid dan dari masjid ke pasar. Menyeimbangkan aktivitas antara masjid dan pasar, supaya beruntung sebagai pelaku ekonomi. Perhatikan kata tuflihuun, berasal dari kata Fa-La-Ha, mengingatkan kita pada pembahasan lalu tentang profesi "Petani yang menanam benih." Petani yang beruntung.

Korelasi lainnya, dapat kita jumpai dalam ayat ini, antara sujud dan suuq. Secara harfiah sujud adalah aktivitas utama yang kita lakukan di dalam masjid. Sedangkan suuq padanan kata dalam bahasa Indonesia adalah pasar.


[Qs.48:29] Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Itu ayat terakhir dari surat Al-Fath yang artinya kemenangan. Di ayat yang mengandung kata sujud dan suuq itu menggambarkan kemenangan yang di raih kaum muslimin. Indikator kemenangannya adalah:

menyenangkan hati para penanamnya 
dan 
menjengkelkan hati orang-orang kafir.

Perhatikan kata-kata yang digunakan ayat tersebut: bertunas, tegak lurus di atas pokoknya, para penanam. Apa maksud dari pilihan kata-kata itu ? Nah biar nyambung, buka lagi pembahasan lalu tentang Habbah dan Jannah.

Kemenangan itu dicapai dengan cara:

  1. Berjamaah. Muhammad tidak sendiri, tapi bersama para sahabatnya.
  2. Sujud di Masjid, dan tampak bekas-bekas sujud pada sifat dan sikap, yaitu berkasih sayang sesama mereka. Mereka di sini adalah para pelaku ekonomi yang beriman, yaitu: Pedagang, Produsen, Pekerja, dan Konsumen. Kalau hanya bekas sujud secara fisik di kening, orang yang bersujud pada matahari pun bisa memiliki bekas sujud itu. Tapi ini adalah bekas sujud yang tampak pada pembawaan sikap dan sifat.
  3. Tegak lurus di atas pokoknya (ala suuqi hi). Suuq berarti pasar. Dalam ayat itu diartikan pokok/batang. Itu perumpamaan. Mereka komitmen dan konsisten membangun pasar sendiri yang hasilnya menyenangkan para pelakunya.
  4. Dan menjengkelkan para pelaku ekonomi di pasar riba. Lalu pasar orang-orang kafir itu tumbang. Seperti tumbangnya Pasar Bani Qainuqa milik Yahudi di Madinah dan tumbuhnya pasar Islam yang dibangun oleh Rasulullah saw beserta kaum Muslimin setelah periode hijrah ke Madinah.
Perhatikan point 3 dan 4, itu artinya apa? Dalam sejarah, orang-orang beriman tidak memasuki pasar orang-orang kafir, tapi membangun pasar sendiri. Itu artinya apa? Membangun sistem ekonomi sendiri. tidak ada sintesa, yang ada hanya dua yaitu tesis dan antitesis. Sistem Ekonomi Riba VS Sistem Ekonomi Bertauhid. Coba bandingkan dengan masa kini, Perbankan syariah menginduk kepada perbankan konvensional. Sangat lah jauh dari sunnah.

Saya membaca buku The Return of Dinar Dirham, di sana terdapat catatan sejarah bahwa Khalifah Umar bin Khaththab memberi perhatian besar terhadap masjid dan pasar sehingga perencanaan keduanya nampak dalam setiap pembangunan kota. Umar memerintahkan agar di setiap kota dibangun masjid dan pasar.


Ini sebuah potret masjid di Jakarta yang tidak mendukung kegiatan ekonomi umat.

Masjid sebagai pusat aktivitas peribadatan dan keilmuan sedangkan pasar sebagai pusat perdagangan.

Diriwayatkan ketika Amr bin Ash mengirimkan surat kepada Umar untuk memberitahukan rencana membangun rumah untuk khalifah, maka Umar menulis surat kepadanya agar tempat tersebut dijadikan pasar bagi kaum Muslimin.

Bagaimana dengan kondisi Masjid dan Pasar hari ini ?

Mengenaskan. Kondisi keduanya suram. Sangat menyedihkan bila mendengar pengumuman saldo kas masjid yang sampai puluhan juta sementara ekonomi kaum Muslimin di sekitarnya masih terpuruk, riba semakin erat menjerat dan mematikan. Kondisi pasar lebih parah lagi. Praktek maysir, gharar, dan riba lazim dipraktekkan. Pasar hari ini menjadi tempat yang sangat layak dijauhi. Lalu bagaimana kita bisa teriak soal kebangkitan Islam jika 2 indikator kemenangan yang disuratkan dalam Qs.48:29 tidak dimiliki. Bahkan kondisinya terbalik, orang-orang kafir senang dengan sistem ekonominya sementara kita dibuat jengkel, gundah gulana.



MEMAKMURKAN MASJID DENGAN PARADIGMA MEMBERI

Minta lagi, minta lagi itulah gambaran riel masjid kita hari ini .... minta2 pada jamaah seakan-akan telah menjadi hal yang biasa dilakukan bagi kebanyakan masjid kita saat ini .......

Mau mensubsidi ustadz TPQ yg tak seberapa minta2 jamaah, Mau renovasi kamar mandi minta2  jamaah, Menyiapkan kebutuhan ramadhan minta2  jamaah ......

Minta2 telah menjadi kultur kebanyakan masjid kita hari ini. Mungkin jika tidak ada dana masih bisa kita maklumi, tapi kenyataan yg ada justru dana masjid kadang melimpah ....... hanya saja dana yg banyak itu disimpan di bank.......
Padahal ketika dana masuk ke bank maka akan berlaku ketentuan yg ada di bank ....siapa yg mau memanfaatkan harus menggunakan mekanisme bank.... Oh apakah masjid telah berperan menguatkan lembaga riba????

Kenyataan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah seharusnya diterapkan pula untuk masjid kita hari ini .......

Paradigma memakmurkan masjid dgn meminta telah membawa dampak tidak produktifnya masjid dalam mencari sumber dana potensial sebab masjid hanya bergantung pada pemberian .....

Apa yg diberikan masjid pada umat hakekatnya tidak hilang tapi dia berganti dengan kecintaan umat terhadap masjidnya ......

Bagaimana dgn masjid anda ? Masih suka minta2 atau sdh senang memberi ??

KINI SAATNYA MASJID BERUBAH

RibaCrisis Center mengundang para aktivis masjid untuk berjuang bersama membangun ekonomi berbasis masjid, silakan bergabung bersama Riba Crisis Center



Solusi ? 
Kembali hidupkan jamaah baik di Masjid ataupun di Pasar.
Kembali hidupkan sunnah baik di Masjid ataupun di Pasar.

Eksistensi Masjid dan Pasar perlu saling dukung mendukung. Darimana memulainya? sesuai dengan teori bisnis yang tidak akan merugi Qs.35:29 kita harus mulai dari Masjid.

Studi Kasus 

Masjid Sebagai Pusat Peradaban ? Belajar lah ke Jogokariyan


Sumber: Bimas Islam

Nama Masjid ini tidak terdengar Islami, tapi pengurus Masjid mengklaim justru menamakann Masjid dengan nama daerah lebih sesuai dengan Sunnah Nabi. Masjid Jogokariyan namanya. Arsitekturalnya sederhana, tidak se 'wah' masjid megah nan berlapis emas dengan arsitektur memukau. Pun tak sebesar Masjid lain di perkotaan yang dihiasi ornamen-ornamen memikat. Masjid Jogokariyan memang hanya Masjid kampung yang sederhana dengan dua lantai, tapi soal manajemen dan kemakmurann rumah ibadah umat Islam, Masjid yang berlokasi di jalan Jogokariyan 36 Yogyakarta ini boleh dijadikan sebagai tempat studi banding. Bayangkan, jamaah subuh di Masjid ini separuh dari Jamaah Jumat! Ramai sekali!

Masjid Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

Di saat banyak Masjid yang sangat bergantung pada sumbangan warga di sekitarnya, Masjid Jogokariyan merupakan satu dari sedikit Masjid yang tidak bergantung pada infaq dan shadaqah masyarakat. Bahkan, dengan manajemen yang profesional, keberadaan Masjid Jogokariyan justru membantu kehidupan ekonomi warga sekitar. Masjid Jogokariyan mampu menjadikan ekonomi berbasis Masjid sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Prinsipnya,
"Jika pasar mengalahkan Masjid, maka Masjid akan mati. Jika Masjid mengalahkan pasar, maka pasar akan hidup."

Uang Terus Beredar, Tidak Mengendap Dalam Kas

Manajemen keuangan Masjid yang berjarak sekitar 30 menit dari kampus Universitas Gajah Mada menuju Parangtritis ini memang cukup unik. Saat tak sedikit pengurus Masjid yang mengumumkan saldo infaq bernilai jutaan rupiah, Masjid Jogokariyan justru selalu berupaya agar pada setiap pengumuman, saldo infaq hanya setara  nol rupiah. Alasannya sederhana, saldo yang sangat besar akan menyakiti saat ada sebagian warga yang sakit namun tak bisa ke rumah sakit karena tak punya biaya, atau ada warga tak berpunya yang tidak bisa bersekolah, dan  sebagainya.

Gerakan Jamaah Mandiri

Awalnya, di tahun 2005 Masjid Jogokariyan mulai menginisiasi Gerakan Jamaah Mandiri. Jumlah biaya operasional Masjid dihitung untuk satu tahun, kemudian dibagi 52 minggu. Angka ini kemudian dibagi lagi dengan kapasitas Masjid, maka didapatilah biaya per-tempat shalat. Angka terakhir ini kemudian disampaikan kepada para Jamaah.

Dari Jamaah, Oleh Jamaah, Untuk Jamaah

Ternyata, kebutuhan operasional Masjid akan tertutupi jika setiap jamaah mengeluarkan infaq senilai Rp 1.500,- setiap Jumat. DKM mengumumkan jika jamaah bersedekah Rp 1.500,- itu artinya ibadah mereka tidak disubsidi oleh DKM. Tapi jika kurang dari Rp 1.500,- itu sama artinya jamaah disubsidi oleh Masjid. Gerakan Jamaah Mandiri ini berhasil menaikkan penerimaan infaq Masjid hingga 400 persen. Pelaporan akuntabilitas keuangan Masjid yang transparan menjadikan jamaah tak sungkan berinfaq lebih dari Rp 1.500,-

Hidup Dari Margin

Penerimaan dana itu tidak lantas digunakan untuk pembangunan Masjid, melainkan disalurkan melalui pengelolaan bisnis., Keuntungan bisnis tersebutlah yang pada akhirnya memberikan penghasilan bagi kemakmuran Masjid dan Masyarakat sekitar Jogokariyan. Misalnya program umroh untuk empat jamaah yang paling rajin shalat berjamaah di Masjid tersebut.

Memberikan Edukasi. Membeli Daya Beli

Yang cukup menarik adalah, pengurus Masjid membagikan surat undangan dengan bentuk yang benar-benar persis seperti undangan pernikahan, berisi ajakan untuk mendirikan shalat shubuh di Masjid kepada setiap masyarakat di Jogokariyan. Undangan shubuh ini dilanjutkan dengan program-program lain seperti kuliah shubuh, hingga program sarapan gratis bagi jamaah yang shalat shubuh dan langsung menlanjutkan aktivitas di Masjid hingga tiba jam berangkat ke kantor.

Sedangkan bagi anak-anak, DKM menyediakan uang jajan bagi anak-anak yang sjhalat shubuh berjamaah dan melanjutkan aktivitas di Masjid sampai jam berangkat sekolah tiba. Program ini disambut antusias oleh masyarakat Jogokariyan, sehingga jumlah jamaah shalat shubuh di Masjid ini sangat ramai, Mencapai setengah dari jamaah shalat Jumat.

Pemetaan Jamaah. Mensinergikan Potensi Jamaah

Dalam melakukan pelayanan dakwah keoada masyarakat, DKM Masjid Jogokariyan melakukan pemetaan yang detail sehingga mengetahui potensi dan kebutuhan, peluang dan tantangan, kekuatan dan kelemahan sebagai acuan dalam melakukan pembinaan keagamaan kepada masyarakat. DKM Jogokariyan melakukan "Sensus Masjid" sebagai data tahunan yang kemudian dikemas dalam bentuk data base bagi dakwah berbasis masjid.

Data base ini tidak hanya mencakup nama kepala keluarga dan warga, pendidikan, pendapatan, dan lainnya, tetapi sampai pada siapa saja di antara warga yang shalat dan yang belum, yang terbiasa berjamaah di Masjid dan yang tidak, yang sudah berkurban dan membayar zakat di Baitul Maal Masjid Jogokariyan, yang aktif mengikuti kegiatan di Masjid dan belum, nama instansi tempat bekerja, dan seterusnya. Data ini dibuat sangat detail sehingga DKM Jogokariyan mengetahui bahwa dari 1030 KK atau setara dengan 4000-an penduduk, yang belum shalat sebanyak sekian orang. Data ini diperbarui setiap tahun sehingga DKM dapat mengetahui tren perkembangan dakwah pertahun. Misalnya, pada 2010, jumlah warga yang tidak shalat sebanyak 17 orang, padahal pada tahun 2000 warga Jogokariyan yang belum shalat ada 127 orang. Dari sini, perkembangan dakwah selama 10 tahun dapat dilihat.

Data base yang diformulasikan dalam peta dakwah Jogokariyan itu dibuat dengan menggunakan simbol-simbol. Gambar4 sejumlah blok di perkampungan yang rumah-rumahnya digambarkan dalam beragam warna menunjukkan tingkat keakraban kampung tersebut dengan indikator-indikator Islam: hijau, hijau muda, kuning, dan seterusnya hingga merah. Juga simbol-simbol lain yang menggambarkan detail indikator syariah pada setiap rumah dalam sebuah 'peta dakwah'.

Menggiatkan Produktivitas Jamaah

Dari hasil sensus itu, segala kebutuhan kegiatan di Masjid Jogokariyan juga bisa dipesan dari Jamaah. DKM Masjid Jogokariyan juga berkomitmen tidak membuat unit usaha agar tak bersinggungan dengan jamaah yang memiliki bisnis serupa.

Kaderisasi

Dalam hal pembinaan terhadap generasi muda, program yang tidak terlewatkan adalah membangun karakter pemuda-pemudi yang tumbuh besar mencintai Masjid. Remaja Masjid Jogokariyan (RMJ) adalah satu organisasi remaja Muslim yang bernaung di bawah DKM Jogokariyan. RMJ ini memiliki banyak alaumni dengan data yang tersusun rapi. Mereka tergabung dalam ikatan alumni Masjid Jogokariyan. Kegiatan yang dilakukan oleh remaja Masjid Jogokariyan ini cukup intensif dan terorganisir dengan baik, termasuk keberhasilan mereka mendatangkan pembicara-pembicara mulai dari tingkat lokal hingga tingkat nasional.

Friday, September 18, 2015

MATERI POKOK KOPDAR

Bismillahirrahmanirrahim
  1. Solusi Riba Menurut Al-Quran 
  2. Bisnis Yang Tidak Akan Merugi
  3. Baca Teori Al-Quran Lalu Praktek. Itu Cara Agar Bisnis Tidak Merugi 
  4. Bisnis Modal Kecil Untung Besar Usaha Apa
  5. Daya Beli Masyarakat Turun Bagaimana Meningkatkan Produktivitas
  6. Mengapa Perlu Pendidikan Bisnis
  7. Hikmah Bersama Riba Crisis Center (HB RCC)
  8. Kumpulan Orang Yang Saling Membantu, Membangun Hikmah Bersama Menuju Indonesia Tanpa Riba
  9. Anggota PATUH (PATungan UsaHa) Bangun Komunitas Bisnis
  10. Kumpulan Orang Vs Kumpulan Modal
  11. Belanja Biar Riba Raib
  12. Bagaimana Mengelola Belanja (Infaq)
  13. Dari HABBAH Menuju JANNAH
  14. Dari HABBAH Menuju JANNAH (Bagian 2)
  15. Ekonomi Berbasis Masjid, Studi Kasus di Masjid Jogokariyan Yogyakarta
  16. Doa Membangun Kehidupan  


SPIRIT PERGERAKAN BIAR RIBA RAIB


Setiap orang punya Visi dan Misi
sesuai kebutuhan dan kapasitas kita masing-masing
mari kita saling mendukung
setiap kemandirian kita rajut dengan spirit kebersamaan












JADWAL KOPDAR BIAR RIBA RAIB 
DI SELURUH NUSANTARA
Belum ada di Kotamu ? Hubungi 
Hp 082112030103 BBM 2a93f0c3 SMS/WA 089638932008

TUJUAN
Mensinergikan 4 Pilar Ekonomi Umat:
Pedagang, Produsen, Pekerja, dan Konsumen
Dalam Sistem Ekonomi Bertauhid
BIar RIBA raIB



Dari Habbah Menuju Jannah (Bagian 2)

2. Infaq sebagai Benih (habbah)

Padanan kata benih dalam bahasa Al-Quran adalah habbah, seperti tertulis dalam Qs.2:261, 6:59, 6:95, 6:99, 21:47, 31:16, 36:33, 50:9, 55:12, 78:15, 80:27 diumpamakan dengan infaq pada Qs.2:261. Selain bermakna benih, habbah juga bermakna cinta. Makna itu dapat kita jumpai di banyak ayat dalam Al-Quran. Kita ambil dua ayat saja yaitu Qs.3:14 tentang cinta pada dunia dan Qs.49:7 tentang cinta pada keimanan. Dengan adanya dua makna habbah yaitu benih dan cinta, kita bisa berkata: secara nilai habbah bermakna cinta dan secara nominal habbah bermakna benih.

Kata dasar habbah adalah Ha-Ba-Ba yang berarti membentuk sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Jika habbah secara nilai membentuk perubahan secara psikis maka habbah secara nominal membentuk perubahan secara fisik, dari sedikit menjadi banyak. Tidak ada perubahan tanpa habbah.

Saya ulang sekali lagi,
tidak ada perubahan tanpa habbah.

Kita ingin bisnis semakin membesar, kita perlu habbah.
Kita ingin kehidupan yang lebih baik, kita perlu habbah
Kita ingin ada perubahan nasib menjadi lebih baik, kita perlu habbah
Jadi tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa modal kita hanyalah habbah. Kuliah bisa gratis sampai S2 itu bermodalkan habbah. Dan kita pun menjadi paham, kenapa Al-Quran menjadikan infaq sebagai salah satu komponen bisnis yang tidak akan merugi, tentu infaq yang dikelola seperti benih, seperti habbah.


Dua orang mahasiswa kita yang mendampingi 
Prof Bambang Marsono (Ketua STIE Trianandra) 
itu juga kuliah gartis dengan bermodalkan habbah


Beasiswa Wirausaha Biar Riba Raib
Semoga menjadi kader penggerak ekonomi tanpa riba, amin.

Penting untuk tidak dilupakan bahwa habbah yang berguna adalah habbah yang ditanam, oleh karenanya habbah membutuhkan Petani, sebagaimana pernah diulas pada pembahasan sebelumnya. Ada habbah tapi tidak ada Petani ya habbah nya tidak jadi apa-apa. Petani lah yang menanam habbah, merawatnya hingga bertunas, tumbuh berbatang dan berbuah. Lalu buah-buahan itu dapat dinikmati oleh Petani dan siapa saja meskipun tidak ikut menanam, seperti binatang yang tidak ikut menanam atau membeli buah-buahan itu pun dapat menikmatinya secara gratis. Buah yang jatuh pun dapat tumbuh dan berbuah lagi, karena Petani sudah mengolah tanah menjadi subur. Dari satu benih bisa tumbuh banyak pohon, menjadi kebun, menjadi jannah. Dari pemahaman itulah kita mengambil judul tulisan: 


Dari Habbah Menuju Jannah

Jangan pernah memiliki fikiran bahwa setelah memberikan habbah lalu kita pergi melupakannya dan beberapa waktu kemudian datang kembali meminta hasil panennya. Tidak, bukan begitu. Kalau itu yang kita lakukan, kita akan terjebak dalam praktek riba. Mata kita kemasukan debu-debu riba begitu banyaknya sehingga menjadi buta. Dapat melihat, tetapi tidak dapat membedakan mana ekonomi riba dan mana ekonomi Islam. Mari kita kenali Ini prinsip riba yang paling mendasar: memberi sedikit harta untuk mendapatkan harta yang lebih banyak. Mau memanen tanpa mau menanam. Oleh karenanya Al-Quran mengatakan: setiap manusia hanya mendapatkan apa yang ia usahakan.


[Qs.53:39] Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.

Kembali pada dua makna habbah, bahwa secara nominal berarti benih dan secara nilai berarti cinta. Kita sudah memahami soal benih dari uraian diatas, yaitu harta yang dibelanjakan dan dikelola seperti benih yang ditanam. Secara nilai habbah bermakna cinta. Apa maksudnya? maksudnya kita berbicara tentang kualitas benih. Tentu saja Petani harus memilih mana benih unggulan yang akan ditanam. Begitu juga dengan infaq, tidak sembarang kita membelanjakan harta. Ingat lagi hadits Nabi bahwa kita akan ditanya kemana harta itu dibelanjakan.

Perhatikan, ayat-ayat ini berbicara tentang kualitas infaq (kualitas benih)


[Qs.2:267] Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.


[Qs.3:92] Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Habbah yang menghasilkan Jannah bukanlah sembarang habbah. Coba bayangkan Jannah berdasarkan kabar dari Al-Quran bahwa di sana kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan serba gratis, seperti buah-buahan yang berlimpah yang tiada putus-putusnya berbuah. Jannah kita di dunia juga semestinya begitu, apa-apa serba gratis, jangan apa-apa serba bayar. Kalau begitu, jangan sembarang habbah yang ditanam. Habbah yang berkualitas, habbah yang seperti apa ?

Secara nilai habbah bermakna cinta. Pertanyaannya: cinta seperti apakah yang hendak kita tanam? Perhatikan dua ayat berikut lalu pilih cinta yang mana yang hendak ditanam.


[Qs.3:14] Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banya dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik.



[Qs.49:7] Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah, kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.

Sekarang kita sudah bisa memilih habbah yang hendak ditumbuhkebangkan, yaitu habbah yang ada dalam Qs.49:7 yaitu Cinta kepada keimanan. Kita menghindari cinta kepada syahwat dunia. Pilihan ini penting. Modal habbah akan menentukan pola dan gerak kita. Bisnis yang tidak akan merugi menghendaki kita untuk memilih habbah 49:7 

Tentu kita tidak ingin bernasib seperti Petani yang banyak kita jumpai di negeri ini. Mereka bekerja keras tetapi tidak mendapatkan hasil yang layak. Seberapapun kerasnya mereka bekerja, mereka tetap tidak akan mendapatkan hasil yang layak. Harga malah jatuh ketika panen, lalu dibuang percuma. Tanah kering kerontang tak berdaya menunggu hujan.

Perhatikan, nasib kebanyakan Petani atau Pebisnis akhir zaman itu seperti ini:


[Qs.18:42] Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya tanda menyesal terhadap apa yang telah ia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.

Bila habbah 3:14 yang ditumbuhkembangkan maka sering kita terjebak pada kemusyrikan. Dan sistem ekonomi riba merupakan salah satu produk kemusyrikan.

Bukankah kita ingin menjadi Petani atau Pebisnis seperti yang digambarkan oleh ayat ini:


[Qs.2:265] Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun memadai. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.

Paham ya?

Ada Petani, Benih, dan selanjutnya kita akan mebahas prosesnya yaitu menanam, pada bagian ketiga nanti insya Allah.