Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat para pelaku riba. Bahkan setiap orang yang ikut tolong menolong dalam sistem riba juga ikut terlaknat. Dari Jabir bin 'Abdillah, beliau berkata,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang mnyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris) dan dua orang saksinya." Beliau mengatakan, "Mereka semua itu sama (dalam melakukan yang haram)" (HR. Muslim)
Gaya hidup #1 MENGHINDAR dari masyarakat riba kepada masyarakat anti riba
Perintah Allah sudah jelas dan tegas: tinggalkan riba atau diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya #Inspirasi_Qs.2:278-279. jadi tidak ada alasan untuk tidak meninggalkan riba, meski persoalan riba sudah menjadi persoalan yang sistemik dalam kehidupan masyarakat. Riba ada di mana-mana, mulai dari biaya persalinan, biaya pemenuhan kebutuhan hidup, biaya pendidikan, biaya kesehatan, sampai biaya kematian, semua terselubungi oleh riba. Bisakah riba ditinggalkan? Bisa dan harus ditinggalkan! Bagaimana caranya? Kemanakah kita menghindari riba? Adakah pembiayaan tanpa riba?
Perhatikan ayat berikut:
[Qs.18:16] Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.
Al-Quran sarat dengan ibarat, perumpamaan dan kisah-kisah yang dimaksudkan sebagai pelajaran bagi pembacanya.
[Qs.39:27] Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran ini setiap macam perumamaan supaya mereka dapat pelajaran.
Perhatikan, untuk apa kita membaca kisah ashabul kahfi di sebuah surat yang Nabi perintahkan kita membacanya setiap hari jumat agar kita terhindar dari fitnah akhir zaman, diantaranya adalah riba.
Sekelompok orang menghindar dari masyarakat syirik, riba adalah produk masyarakat syirik. Kemana mereka menghindar? kedalam gua. Di mana gua kita saat ini? komunitas, membentuk masyarakat sendiri. Menghindar dari masyarakat riba lalu bergabung ke dalam masyarakat anti riba. Di dalam masyarakat anti riba, kita membangun ekonomi berjamaah, menyatukan empat pilar ekonomi, yaitu: Pedagang, Produsen, Pekerja, dan Konsumen, ke dalam sistem ekonomi berjamaah.
Ya betul. Berjamaah secara ekonomi menjadi gaya hidup bebas hutang dan riba. Masyarakat riba adalah masyarakat yang individualis secara ekonomi. Orang kaya semakin kaya, sedangkan si miskin semakin miskin. Sementara masyarakat anti riba adalah masyarakat yang senantiasa berjamaah, baik berjamaah di masjid maupun berjamaah di pasar. Hal ini sudah kita ulas dalam tulisan yang lalu.
Gaya hidup #2 SABAR, MENUNDA KEBUTUHAN ATAU KEINGINAN
Gaya hidup yang dibutuhkan oleh kebanyakan orang yang ingin menghindari riba adalah sabar. Ini juga yang diajarkan oleh surat Al-Kahfi, surat akhir zaman, surat yang melindungi pembacanya dari fitnah akhir zaman. Nah, riba adalah masalah yang sudah menjadi fitnah di akhir zaman ini.
[Qs.18:28] Dan bersabarlah engkau bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melawati batas.
Sabar. Menjauh dari sistem riba. Kalau belum bisa beli secara cash ya tidak usah paksakan diri beli secara kredit. Bukan berarti kredit itu riba lho. Kredit halal, pembayaran secara tempo halal. Hanya saja, hampir semua pedagang maunya jual cash. Sementara konsumen mampunya beli kredit. Nah disitu masalahnya, datang lah pihak ketiga, yaitu orang yang "mendadak jadi pedagang" karena punya banyak uang yang kemudian menjadi penengah antara pedagang yang butuh cash dan konsumen yang mampuya kredit. Mereka mencari jalan agar riba bisa dilakukan secara sah dalam jual-beli. Padahal, sungguh sangat berbeda antara jual-beli dan riba.
Dalam kondisi seperti itu, alkahfi meminta kita bersabar. Alihkan pandangan mata dari berbagai iklan dan produk. Bersabar bersama orang-orang yang juga menjadikan sabar sebagai pilihan. Seperti kisah ashabul kahfi, secara berkelompok mereka pergi menghindar dari sistem masyarakat syirik. Nah, riba ini juga merupakan produk kemusyrikan. Karena itu, yang bisa kita lakukan adalah menghindar dan bersabar.
Al-Quran ayat lainnya juga mengajarkan perilaku cash daripada kredit. Mereka berinfak dari uang yang mereka miliki #Inspirasi_Qs.2:3 dan juga ayat ini:
[Qs.65:7] Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.
Jangan memaksakan diri berinfak jika tidak punya uang. Jangan membebani diri sendiri. Hutang itu menjadi belenggu yang menghambat langkah, bahkan langkah menuju jannah pun terhambat. Infak dalam kajian kita yang telah lalu telah kita tangkap maknanya, yaitu belanja.
Bersabar. Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan #Inspirasi_Qs.65:7 Bahkan di ayat lainnya kita mengetahui, tidak perlu menunggu kesempitan berlalu, kelapangan ada bersama kesempitan #Inspirasi_Qs.94:5-6 Banyak cerita tentang itu. Sepasang suami istri bersabar untuk tidak ambil KPR. Setelah bersabar dalam bilangan tahun yang panjang, akhirnya pasutri tersebut mampu memiliki rumah secara cash! Bukan dari hasil tabungan! lalu darimana? Ada yang memberikan pinjaman tanpa riba dan tanpa perlu dipikirkan kapan harus dikembalikan, masya Allah ! Eh, ini berbeda. Hutang dan Piutang adalah dua posisi yang berbeda. Orang yang tidak punya tidak dianjurkan berhutang. Namun sebaliknya, kepada orang yang punya uang, Allah memberikan ganjaran besar jika memberi piutang. Ganjarannya lebih besar dibandingkan bersedekah.
Sabar. Sebisa mungkin jangan berhutang. Namun bagaimana jika kebutuhan begitu mendesak? tidak ada jalan lain kecuali berhutang? Oke, silakan berhutang namun pastikan anda sanggup membayarnya.
Dari Ummul Mukminin Maimuah
كَانَتْ تَدَّانُ دَيْنًا فَقَالَ لَهَا بَعْضُ أَهْلِهَا لاَ تَفْعَلِى وَأَنْكَرَ ذَلِكَ عَلَيْهَا قَالَتْ بَلَى إِنِّى سَمِعْتُ نَبِيِّى وَخَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدَّانُ دَيْنًا يَعْلَمُ اللَّهُ مِنْهُ أَنَّهُ يُرِيدُ أَدَاءَهُ إِلاَّ أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْهُ فِى الدُّنْيَا
Dulu Maimuah ingin berhutang. Lalu di antara kerabatnya ada yang mengatakan, "Jangan kamu lakukan itu!" Sebagian kerabatnya ini mengingkari perbuatan Maimunah tersebut. Lalu Maimunah mengatakan, "Iya. Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kekasihku shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi hutang tersebut di duna". (HR. Ibnu Majah)
Perlu dicatat, hutang piutang adalah akad sosial. Sistem riba menjadikan hutang piutang sebagai akad komersil. Maka bersabarlah, jangan sampai bertemu mereka yang mengkomersilkan urusan sosial.Gaya hidup #3 PRODUKTIF dan SELALU BERSEDEKAH
Bersabar itu menunda kebutuhan atau keinginan supaya tidak terjebak dalam skema hutang dan riba. Pilihannya hanya satu: belanja cash. Bagaimana caranya? tingkatkan penghasilan dengan cara hidup lebih produktif dan senantiasa bersedekah. Jika produktivitas menjadi cara bumi untuk meningkatkan penghasilan, maka bersedekah menjadi cara langit. Di samping itu juga, produktivitas dan sedekah menjadi instrumen pembebasan hutang dan riba #Inspirasi_Qs.2:275-276
No comments:
Post a Comment